BahteraNuh nantinya akan menjadi mukjizat yang tidak bisa dibantah kaumnya yang membangkang. Orang-orang yang mengejek beliau selama pembangunan, akhirnya malah binasa, termasuk sebagian dari keluarganya sendiri, anak dan istrinya. Kisah selengkapnya akan kami lanjutkan pada tulisan berikutnya. Wallahu A'lam bi Ash-Shawabi. Ilustrasihadits tentang bersyukur (Foto: iStock) Ada sejumlah hadits tentang bersyukur yang mengingatkan kita untuk selalu mensyukuri nikmat dan karunia dari Allah SWT. Bersyukur juga berarti KisahInspiratif tentang Kekuatan Syukur dan Sikap Positif. Peresensi : Ratnani Latifah. Penulis dan penikmat buku asal Jepara. "Ubahlah pikiran, maka kita akan mengubah dunia kita." (hal xi). Untuk menghadapi hidup yang selalu penuh tantangan, maka kita harus memiliki sikap tangguh. Artinya kita harus berani melawan semua tantangan yang Vay Tiền Nhanh. Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسيTim Majalah As-SunnahEditor Eko Haryanto Abu Ziyad2013 - 1435أبو قلابة درس في الصبر والشكر باللغة الإندونيسية »فريق مجلة السنةمراجعة أبو زياد إيكو هاريانتو2013 - 1435Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada Allah Shubhanahu wa ta’allaSegala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh yang sering mengamati isnad hadits, nama Abu Qilabah tidaklah asing, karena sering disebutkan dalam isnad-isnad hadits. Terutama, karena ia seorang perawi yang meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik. Sahabat ini merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam. Oleh karena itu, nama Abu Qilabah sering disebut secara berulang-ulang, seiring diulangnya nama Anas bin Malik. Ibnu Hibban di dalam ats-Tsiqot menyebutkan kisah menakjubkan tentangnya, yang menunjukan kekuatan keimanan Abu Qibalah kepada Allah Shubhanahu wa ta’ bernama 'Abdullah bin Zaid al Jarmi, salah seorang dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari al Bashroh. Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin al Huwairits Radhiyallahu anhuma. Beliau wafat di Negeri Syam pada tahun 104 Hijriah, yaitu pada masa kekuasaan Yazid bin 'Abdil-Malik.'Abdullah bin Muhammad berkata Aku keluar menuju tepi pantai untuk memantau kawasan pantai dari kedatangan musuh. Tatkala tiba di tepi pantai, tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat di tepi pantai. Di dataran tersebut ada sebuah kemah, yang di dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya. Pendengarannya telah lemah dan matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun yang bermanfaat baginya, kecuali lisannya. Orang itu berkata, "Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan."'Abdullah bin Muhammad berkata,"Demi Allah, aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini. Apakah ia memahami dan mengetahui yang diucapkannya itu? Ataukah ucapannya itu ilham yang diberikan kepadanya?" Akupun mendatangi, lalu mengucapkan salam kepadanya. Kukatakan kepadanya "Aku mendengar engkau berkata 'Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan'. Nikmat manakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau memuji -Nya atas nikmat tersebut? Kelebihan apakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau menysukurinya?" Orang itu menjawab Tidakkah engkau melihat yang telah dilakukan Robbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku sehingga membakar tubuhku, atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku sehingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah semua itu, kecuali semakin membuat aku bersyukur kepada -Nya, karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidahku wahai hamba Allah Shubhanahu wa ta’ala. Engkau telah mendatangiku, maka aku perlu bantuanmu. Engkau telah melihat keadaanku. Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang anak yang selalu melayaniku. Saat tiba waktu sholat, ia mewudhukan aku. Jika aku lapar, ia menyuapiku. Jika aku haus, ia memberi aku minum. Namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya, maka tolonglah engkau mencari kabar tentangnya. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati engkau. Aku berkata,"Demi Allah, tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya, dan ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla, lantas pahalanya lebih besar dari seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan kebutuhan orang yang seperti engkau," maka akupun berjalan mencari anak orang tersebut, hingga tidak jauh dari tempat itu, aku sampai di suatu gudukan pasir. Tiba-tiba aku mendapati anak orang tersebut telah diterkam dan dimakan binatang buas. Akupun mengucapkan inna lillah wa inna ilaihi roji'un. Aku berkata,"Bagaimana aku mengabarkan kejadian ini kepada orang tersebut?"Tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub Alaihissallam. Begitu aku menemui orang tersebut, maka akupun mengucapkan salam kepadanya. Dia menjawab salamku dan bertanya,"Bukankah engkau orang yang tadi menemuiku?" Aku menjawab,"Benar."Ia bertanya,"Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?" Akupun berkata kepadanya,"Engkau lebih mulia di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla ataukah Nabi Ayyub Alaihissallam ?"Ia menjawab,"Tentu Nabi Ayyub Alaihissallam."Aku bertanya,"Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada Nabi Ayyub? Bukankah -Dia telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?"Orang itu menjawab,"Tentu aku tahu."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?"Ia menjawab,"Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."Aku berkata,"Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya." Ia menimpali,"Benar."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikapnya?" Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."Aku berkata,"Tidak hanya itu, Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau tentang hal itu?" Ia menjawab,"Iya."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?"Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla. Langsung saja jelaskan maksudmu. Semoga -Dia merahmatimu."Aku pun berkata,"Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan binatang buas. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau." Orang itu berkata,"Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepada -Nya, lalu Ia menyiksanya dengan api neraka," kemudian ia berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un," lalu ia menarik nafas yang panjang, kemudian meninggal dunia. Aku berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un."Besar musibahku, orang seperti ini, jika aku biarkan begitu saja, maka akan dimakan binatang buas. Dan jika aku hanya duduk, maka aku tidak bisa melakukan apa-apa [1] .Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya, dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis. Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku "Wahai 'Abdullah. Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?" Akupun menceritakan kepada mereka yang telah aku alami. Lalu mereka berkata,"Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!" Akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata "Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan –Nya. Demi Allah, tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur".Aku bertanya kepada mereka "Siapakah orang ini. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati kalian?" Mereka menjawab,"Abu Qilabah al Jarmi sahabat Ibnu 'Abbas. Dia sangat cinta kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam," lalu kamipun memandikan dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolati dan usai merekapun berpaling pulang, dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di daerah perbatasan. Tatkala malam hari tiba, akupun tidur. Aku melihat di dalam mimpi, ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah Shubhanahu wa ta’allaقال الله تعالى ﴿ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ ٢٤ ﴾ [الرعد 24]"Salamun 'alaikum bima shabartum" [keselamatan bagi kalian dengan masuk ke dalam surga karena kesabaran kalian], maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. [ar-Ra'd/1324].Aku bertanya kepadanya,"Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?"Ia menjawab,"Benar."Aku berkata,"Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua?" Ia menjawab,"Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak bisa diperoleh, kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang, dan tenteram bersama dengan rasa takut kepada -Nya, baik dalam keadaan sendirian maupun dalam keadaan di depan khalayak ramai."Diterjemahkan oleh Abu Abdil-Muhsin, dari Kitab ats-Tsiqot, karya Ibnu Hibban. Tahqiq as-Sayyid Syarofuddin Ahmad, Penerbit Darul Fikr, Jilid 5 halaman 2-5 [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _______ Footnote [1] Hal ini, karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian manusia. Dan kemungkinan 'Abdullah tidak membawa peralatan untuk menguburkan orang tersebut. Sehingga, jika ia hendak pergi mencari alat untuk menguburkan orang tersebut, maka bisa saja datang binatang buas memakannya. Wallahu a'lam. Rasa Syukur Abu Qilabah Di Tengah Segala Cobaan Hidup © Instagram/Rumahzakat Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “ Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “ Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur.” Aku kembali bertanya, “ Bersyukur atas apa?” “ Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal, ”jawabnya. “ Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan “ Segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia… Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara?” ucapku. “ Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia. Bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir?” “ Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” “ Bukankah Allah memberiku lisan yang dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” “ Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya. Ia terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu. Dan aku semakin takjub dengan kekuatan iman yang dimilikinya. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sudah lama saya tidak menulis, kali ini saya mau menceritakan sebuah kisah inspirasi yang semoga dapat memberikan inspirasi pada teman-teman sekalian.. Kisah ini dimulai di saat seorang anak kecil bernama Rahmat mengikuti sebuah kompetisi sepeda yang bernama"Cycling Fair". Ia mengikuti kompetisi ini dengan penuh semangat dengan tujuan dapat memenangkan kompetisi itu meskipun dengan kondisi sepeda yang dia pakai sekarang tidak bagus sperti milik peserta lainnya. Saat pertandingan akan dimulai seorang temannya bertanya, “Mat, apa kamu yakin dengan sepeda tua kamu bisa mengalahkan mereka?”. Rahmat melihat peserta lainnya dan kembali menatap temannya, “Ali, kemenangan itu tidak ditentukan oleh seberapa bagus alat yang kita pakai, melainkan seberapa besar usaha kita untuk mencapai & mewujudkan apa yang kita inginkan”, sahut Rahmat. Ali terdiam oleh kata-kata Rahmat, tapi kemudian temannya masih ragu dan bertanya “sekarang bagaimana kamu bisa memenangkan kompetisi ini, sedangkan kamu sendiri tidak pernah mengikuti hal seperti ini sebelumnya dan badan mereka juga besar-besar”, sahut Ali. “Meskipun aku bukan orang yang berkecukupan, fisikku tidak sesempurna mereka, tapi aku mempunyai semangat yang besar dan Insya Allah jika kita mau berdo’a dan berikhtiyar pasti ada jalan”, jawab Rahmat. Kemudian Rahmat pun masuk ke barisan peserta dan bersiap-siap. Temannya pun memberi semangat dan percaya bahwa Rahmat bisa memenangkan kompetisi ini. Beberapa saat kemudian bunyi peluit tanda pertandingan dimulai pun telah ditiup “Priiiitttt”. Para peserta pun mulai mengayuh sepedanya masing-masing dan melaju dengan cepat. Diputaran pertama, Rahmat tertinggal oleh peserta lain tetapi dia tetap mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Penononton yang melihat kompetisi itu tidak yakin kalau Rahmat bisa menang karena Rahmat sudah tertinggal jauh diputaran pertama. Hal ini tidak membuat Rahmat putus asa, dia yakin bahwa dengan sepeda pemberian kakeknya yang dipakai sekarang ini dia bisa menang karena semangatnya sudah bercampur dengan harapan dan impian. Dia pun yakin semangat kakeknya pun ada didalam dirinya. “Aku pasti bisa”, teriak Rahmat dengan penuh semangat. Diputaran kedua, Rahmat perlahan-lahan mulai mendekati peserta lain dan melewati peserta lainnya satu persatu. Ali berteriak, “Ayooo, aku yakin kamu pasti bisa!!!”. Dan diputaran terakhir Rahmat sudah pada urutan ke-3, ia terus mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaganya. Saat detik-detik terakhir mencapai garis finish akhirnya Rahmat pun dapat berada di urutan pertama dan memenangkan pertandingan ini. Kemudian Rahmat mendapat hadiah berupa uang sebesar 2 juta rupiah dan voucher makan senilai 500 ribu rupiah di restoran mewah. Dia bisa memilih mau menukarkan vouchernya dengan uang atau untuk diapakai makan di restoran mewah. Tapi Rahmat memilih untuk menukarkannya dengan uang. Rahmat pu sujud syukur atas kemengannya karena ia sangat bersyukur bisa membantu keuangan keluarganya. Beberapa saat kemudian setelah acara selesai Rahmat dan Ali pun memulai perjalanannya pulang kerumah, sebelumnya dia masuk ke toko buku dan membeli buku banyak sekali dan ditengah jalan dia berbelok ke sebuah warung makan untuk membeli makanan. Dan tidak disengaja pula ada keluarga seorang wirausaha yang menonton kompetisi itu bertemu dengan Rahmat. Wirausahawan itu bernama Robi, dia sedang makan bersama keluarganya warung makan tersebut tapi dia bingung kenapa anak itu tidak memakai vouchernya untuk makan direstoran mewah, malah memilih makan di warung makan yang sederhana ini. Dan ia melihat anak itu dan temennya hanya memesan nasi goreng dan tempe penyet. Kedua anak itu makan dengan lahapnya dan menikmati makanan itu. Setelah melihat mereka selesai makan pak Robi pun medekati dan mengajak mereka ngobrol, kemudian pak Robi bertanya kepada mereka, “kenapa kalian tidak menerima voucher tadi yang makan di restoran mewah, tapi lebih memilih menukarkan dengan uang dan makan di warung makan yang sederhana ini?”. Kemudian anak itu menatap pak Robi dan bercerita tentang kehidupannya dan keluarganya yang serba kekurangan. “Pak, memang saya hidup di keluarga yang biasa, saya memilih untuk makan disini karena saya lebih bisa menikmati hidup saya dan mensyukuri hidup ini apa adanya. Dan saya ingat diluar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung saya. Oleh karena itu saya tidak mau menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak bermanfaat”, sahut Rahmat. “Lalu, aku lihat di kardus itu banyak sekali buku. Kenapa kamu membeli sebanyak itu dan kenapa ada 3 buku yang tidak dimasukkan di kardus?”, tanya pak Robi. Kemudian Rahmat pun menjelaskan bahwa buku yang ada didalam kardus itu akan disumbangkan ke sebuah yayasan panti asuhan dan yang tigak buku lainnya untuk dibacanya sendiri. Dia pun menjelaskan kalau kakeknya juga mengajarkan kepadanya untuk selalu berbagi dan selalu jadi orang yang bermanfaat kepada orang disekitarnya. Harta hanyalah sebuah titipan Allah, sewaktu-waktu Allah bisa mengambilnya. Yang bisa kita lakukan yaitu bersedekah dan beramal kepada orang-orang disekitar kita. Insya Allah rezeki itu akan selalu ada jika kita mau berusaha dan bekerja keras serta tidak melupakan orang disekitar kita. Mendengar kata-kata Rahmat membuat Pak Robi termenung dan menyadari bahwa dirinya yang sekarang masih kurang mensyukuri apa yang ada. Untuk terakhir kalinya Pak Robi bertanya, “apakah kamu sudah mendapatkan dan merasakan kenikmatan dalam hidupmu?”. Anak itu menjawab, “Alhamdulillah, saya sudah dan masih merasakan nikmat dalam hidup saya”. Pak Robi pun agak bingung dengan jawaban anak itu. “kalau boleh tahu nikmat apa saja itu?” tanya pak Robi. Kemudian anak itu menjelaskan bahwa nikmat yang dirasakannya yaitu mata, hidung, mulut, telinga, kaki dan tangan karena dengan itu semua saya masih bisa merasakan bagaimana bisa melihat, bernafas, berbicara, mendengarkan, berjalan dan membantu orang disekitarnya. Dan akhirnya pak Robi pun meneteskan air matanya, ia terharu dengan ucapan anak itu. Dia pun berterima kasih kepada Rahmat karena sudah meberikannya pelajaran yang berarti dalam hidupnya. Mohon maaf sebelumnya jika ada salah penulisan kata dan cerita. Semoga kisah ini memberikan inspirasi dan memberikan manfaat bagi teman-teman yang membaca. Saya harap teman-teman dapat mengambil pesan & amanat yang ada di cerita ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Lihat Cerpen Selengkapnya

kisah orang yang selalu bersyukur